Ketua DPRD Salatiga bersama Presiden Republik Indonesia.
Akhirnya Pasar Sapi Rejosari akan dibangun dengan dana APBN. Dalam waktu dekat, utusan dari pemerintah pusat akan segera turun untuk menindak-lanjuti pembangunan Pasar Rejosari yang telah bertahun-tahun tidak kunjung dibangun.
Pasar Rejosari yang pada tahun 2008 dilalap api, rencananya akan direvitalisasi oleh Pemkot Salatiga dengan menggandeng PT. Patra Berkah Itqoni (PBI) dari Malang, Jawa Timur.
Menurut Ketua DPRD M. Teddy Sulistio, SE kepastian pembangunan Pasar Sapi Rejosari yang terkatung-katung sejak kebakaran 2008 silam tersebut, telah diputuskan dalam pertemuan Pemkot Salatiga, DPRD, dan Paguyuban Pedagang Pasar Rejosari (P3R).
Ketua DPRD mengungkapkan, bahwa sesuai harapan sejumlah pihak, dengan pembangunan pasar melalui dana pemeritah, maka dipastikan los dan kios Pasar Sapi akan lebih murah. Harga lebih terjangkau karena tidak ada biaya dari pedagang untuk mengembalikan uang (investasi), kepada investor (pembangun pasar).
“Bila pasar dibangun dengan dana APBN, maka los dan kios akan lebih murah. Dan pembangunan ini akan segera terrealisasi, karena dalam waktu dekat utusan pemerintah pusat akan segera mengunjungi Pasar Rejosari untuk menindak lanjuti”, ungkap Teddy.
Sementara itu, Wakil Ketua Paguyuban Pedagang Pasar Rejosari (P3R), Rukimin selain mendesak Pemkot Salatiga dan DPRD Kota Salatiga agar pasar segera dibangun, Rukimin juga telah bertemu langsung dengan Presiden RI saat berkunjung ke Salatiga.
“Saya sudah sampaikan kepada bapak Presiden bahwa tanggal 15 Mei 2014, ketika beliau kampanye Pilpres di Kota Salatiga, kepada pengurus P3R Kota Salatiga yang bernama Kartam, pak Jokowi berjanji bila terpilih sebagai Presiden RI, maka Pasar Rejosari akan menjadi pasar pertama yang akan dibangunnya,” kata Rukimin.
Salatiga perlu Bermimpi
Perlu diketahui bahwa kunjungan kerja Presiden Jokowi ke Salatiga memiliki agenda silaturahmi dengan Serikat Paguyuban Petani Qaryah Thayyibah (SPPQT) di Kalibening, penyerahan Kartu Indonesia Pintar di SMA Negeri 3, penyerahan sertifikat tanah massal di lapangan Pulutan serta peresmian Jalan Tol Semarang – Solo Seksi III (Bawen- Salatiga).
Ketua DPRD M. Teddy Sulistio sempat dipanggil langsung oleh Bapak Presiden di Rumah Makan Bale Raos. Usai berdialog dengan Presiden RI, Ketua DPRD memiliki keyakinan bahwa Pasar Rejosari akan dibangun dengan Dana APBN.
Kemudian untuk perkembangan Salatiga kedepan, menurut ketua DPRD menjadi tanggung jawab bersama.
“Semua bisa dilakukan jika didasari dengan komitmen bersama. Pembangunan akan berjalan baik jika tidak mengandalkan supeman yang one man show, melainkan super team, yang bisa bekerja sama satu dengan yang lainnya” kata Bung Teddy.
Beliau juga menjelaskan bahwa pembangunan yang baik membutuhkan pemimpin yang memiliki orientasi kepada kepentingan rakyat, dan tidak hanya berdiri diatas kepentingan satu kelompok atau golongan tertentu saja.
Menurut beliau, Salatiga sangat mampu untuk melakukan perubahan dan perkembangan, hanya mungkin belum bermimpi untuk bisa melakukannya. Salatiga banyak potensi yang bisa dikerjakan agar mimpi tersebut bisa terealisasi, apalagi adanya masyarakat yang toleran dan letak geografis yang mendukung.
Ketua DPRD meminta kepada warga Salatiga agar segera berbenah, menampilkan ide, gagasan serta konsep apapun yang menarik tanpa menunggu konsep Pemerintah, karena jika Salatiga mempunyai daya tarik yang lebih, akan banyak wisatawan maupun pebisnis yang berkunjung.
Di contohkan beliau bahwa di Salatiga terdapat sebuah pasar loak, yang biasanya oleh para warga sekitar pasar tersebut dikenal dengan nama pasar shopping. Di sinilah tempatnya berbagai jenis barang, baik baru maupun bekas yang memiliki besaran harga cukup miring. Pasar shopping ini tidak pernah sepi dari para pembeli. Dengan mengusung nama yang keren, Taman Sari Shopping Centre (TMSC), maka kawasan jalan Jendral Sudirman menjadi ramai. Tempat ini bisa menjadi pusat perbelanjaan yang hebat, meskipun hampir 99 persen dagangan yang dijual adalah barang bekas. Ini merupakan salah satu ide brilian warga Salatiga, sehingga bisa menggeliatkan pasar menjadi surga belanja bagi masyarakat Salatiga dan sekitarnya. Para prdagang di TMSC menjajakan beragam barang mulai peniti, elektronik, buku hingga sepeda motor bekas. Dalam sehari, uang yang berputar mungkin bisa mencapai milyaran rupiah.
Selain itu, adanya pasar pagi yang unik menjadikan daya tarik tersendiri bagi Kota Salatiga. Sesuai namanya, Pasar Pagi Kota Salatiga, maka kegiatan ini mulai buka sebelum matahari terbit dan bubar di pagi hari. Uniknya, pasar ini tak seperti lzimnya sebuah pasar. Tidak ada kios, los, pintu gerbang mau pun atap. Semuanya serba darurat namun usianya telah puluhan tahun.
Pk 03.00 ratusan pedagang yang berdatangan dari Kota Salatiga dan Kabupaten Semarang mulai berbenah untuk menyiapkan berbagai dagangannya. Di areal depan Pasar Raya I Kota Salatiga yang luasnya sekitar 2000 meter persegi, mereka memasang meja lipat ukuran 1 X 1,5 meter atau sekedar terpal plastik. Selanjutnya, barang dagangan diletakkan di atasnya. Mayoritas pedagang adalah perempuan
Ada sedikit keanehan saat ratusan pedagang mulai menyiapkan lapaknya, sebab kapling “milik” mereka sebenarnya tak ada tanda khusus. Karena lokasinya mereka kesehariannya merupakan areal parkir. Kendati begitu, para pedagang sepertinya telah hafal tempatnya berdagang. Sehingga, tanpa ragu, satu persatu lapak bayangan tersebut ditempati “pemiliknya”.
Selayaknya sebuah pasar, maka beragam dagangan digelar di sini. Aneka jenis sayuran yang berasal dari wilayah Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang lebih mendominasi. Karena merupakan pasar tradisional, otomatis transaksi juga melalui proses tawar menawar kecuali dagangan berupa makanan matang. Selebihnya, tinggal pintar- pintarnya pembeli dalam menawar. Kalau piawai, berbekal uang Rp 30 ribu sudah dapat berbagai sayuran segar.
“Semoga dengan segera dibangunnya Pasar Rejosari, nantinya akan menjadi daya tarik tersendiri bagi Salatiga”, tambah Ketua DPRD.(ss/ss).