Wisata Olahraga Bisa Tingkatkan Perekonomian Rakyat

Pelepasan start lomba lari Ketua DPRD Run In Action oleh M. Teddy Sulistio, SE.


DPRD SALATIGA – Kegitan rutin yang dilakukan masyarakat dan difasilitasi pemerintah akan menimbulkan banyak multiplier effects. Dari berbagai kegiatan yang digelar dan melibatkan banyak pihak akan mampu meningkatkan perekonomian rakyat Salatiga. Hal ini baik dari ajang uji prestasi olahraga sampai dengan peningkatan perekonomian masyarakat berkait dengan ramainya para peserta yang datang ke Kota Salatiga. Hal ini perlu terus ditingkatkan untuk menjadikan Salatiga sebagai kota tujuan wisata olahraga.

Multiplier-effects disini diartikan bahwa kegiatan yang kita gelar akan dapat memacu timbulnya kegiatan lain. Berdasarkan teori telah menjelaskan bahwa keramaian yang ditimbulkan dari suatu kegiatan akan dapat menggerakkan komponen-komponen lain sebagai pendukungnya. Komponen utamanya adalah daya tarik wisata olahraga di Salatiga. Adapun komponen pendukungnya, mencakup perhotelan, restoran dan transportasi lokal, makanan dan minuman, perbankan, atau bahkan manufaktur.

Semuanya dapat dipacu dari adanya kegatan yang kita gelar. Analisis nilai pengganda (multiplier) ini merupakan salah satu ukuran ekonomi yang dapat kita pakai untuk melihat hasil dari apa yang kita lakukan.

DPRD Salatiga, berupaya untuk ikut membantu memfasilitasi perkembangan olahraga di Salatiga. Selain menembak, DPRD juga memfasilitasi lomba lari, catur dan sejumlah olahraga lainnya. DPRD Kota Salatiga bersama dengan Koni dan Perbakin setempat menggelar kejuaraan menembak Salatiga Silhoutte Open IV pada 11 – 12 November 2017. Kejuaraan tersebut memperebutkan total hadiah Rp 28 juta serta piala bergilir Ketua DPRD Kota Salatiga.

Klub BHC menempati juara pertama dengan akumulasi 1 emas, 1 perak dan 2 perunggu. Pada posisi kedua ditempati Klub GABPLEK yang mengumpulkan 1 emas dan satu perunggu. Sedangkan juara ketiga diraih oleh Klub ORION dengan 2 perak.

Menurut Ketua DPRD Kota Salatiga M. Teddy Sulistio, SE kejuaraan-kejuaraan olahraga yang digelar di Salatiga merupakan salah satu upaya memfasilitasi perkembangan cabang-cabang olahraga di Kota Salatiga. Menurutnya, hal tersebut adalah kegiatan rutin dan tidak hanya satu cabang, karena Salatiga memang terlebih dikenal sebagai kota olahraga.

“Ini merupakan kegitan rutin dan sekaligus upaya kami ikut membantu memfasilitasi perkembangan cabang olahraga di Salatiga. Selain menembak, DPRD juga memfasilitasi lomba lari, catur dan sejumlah olahraga lainnya,” jelas Ketua DPRD yang biasa disapa Bung Teddy.

Menurut Bung Teddy, kegiatan yang digelar tersebut akan menciptakan banyak multiplier-effect karena melibatkan banyak pihak. Mulai dari ajang uji prestasi olahraga sampai dengan peningkatan perekonomian masyarakat berkait dengan ramainya para peserta yang datang ke Kota Salatiga.

“Ini harus terus ditingkatkan agar Salatiga menjadi kota tujuan wisata olahraga. Kita pernah ada turnamen tarung derajat, pernah juga turnamen wushu. Dalam turnamen wushu, meski pesertanya saat itu hanya 125 orang, namun implikasinya sangat banyak. Karena selain peserta juga ada official cukup banyak yang ikut dan menginap di Salatiga. papar pria yang akrab dengan media ini. Mulai dari penginapan, kuliner hingga oleh-oleh khas Salatiga ikut merasakan dampak dari kegiatan olahraga yang dilakukan”, papar Bung Teddy.

Lebih jauh Bung Teddy memaparkan bahwa Kota Salatiga saat ini sudah harus menjadi kota yang banyak aktifitasnya. Hal itu untuk mengantisipasi adanya jalan tol Semarang-Solo serta kepungan tiga bandara yakni Adi Sumarmo di Boyolali, Adi Sucipto di Yogyakarta dan Ahmad Yani di Semarang harus dimanfaatkan maksimal.

“Salatiga harus menjadi kota MICE (meeting, insentive, converence and exhibition, red) yang banyak menciptakan aktfitas dan keramaian di Kota Salatiga. Satu kegiatan bisa melibatkan banyak sekali sektor, mulai dari keterlibatan dunia usaha sampai dengan instansi pemerintahan,” ujar Bung Teddy.

“Gerak yang kita lakukan harus cepat agar jangan sampai kehilangan momentum pengembangan kota. Karena Salatiga berada di tengah segitiga emas (Jogja, Solo, Semarang), maka harus dimanfaatkan maksimal dan tidak hanya dilewati oleh keramaian. Berbagai gerak yang kita lakukan harus dilihat sebagai upaya untuk mengajak para pemangku kepentingan untuk ikut membangun kesejahtaraan Kota. Kalau hanya mengandalkan dinas pemerintah tidak akan maksimal. Kalau mereka dikritik sudah susah ya sudah kita bikin even sendiri. Toh ini adalah untuk tujuan baik,” lanjut Bung Teddy.(ss/ss)